Himatika Vektor UM MATEMATIKA BERKARYA 4

Matematika Berkarya – Perjuanganku Menggapai Perguruan Tinggi

Oleh:

Noviyawati

S1 Matematika/2022

 

PERJUANGANKU MENGGAPAI PERGURUAN TINGGI

Pendidikan, satu kata yang seharusnya dapat dirasakan semua orang. Namun kenyataannya, tidak semua orang mampu merasakan duduk di bangku perguruan tinggi. Salah satu penyebabnya yaitu karena keadaan ekonomi. Arabella Queenara, itu nama lengkapku. Kebanyakan orang memanggilku Ara dan aku adalah salah satu dari sekian banyak anak yang bisa merasakan duduk di bangku perguruan tinggi.

Usiaku sekarang 17 tahun dan aku masih SMA. Ini adalah awal kisah perjuanganku untuk mendapatkan Perguruan Tinggi Negeri yang aku inginkan. Awal mula dimulai dari masuk ke SMA yang ada didekat rumahku, sebut saja SMA Darwana. Di SMA tersebut, aku harus berjuang selama 3 tahun untuk bisa lolos eligible agar bisa mengikuti SNMPTN.

“Gimana ya caranya biar aku bisa lolos eligible?” Tanya Ara pada teman sebelahnya.

“Caranya ya kamu harus bisa naikin nilai kamu tiap semester, pokoknya ga boleh ada yang turun!” Jawab Amira selaku temannya.

“Iya juga ya Mir. Berarti aku harus rajin belajar nih biar bisa lolos eligible, ya setidaknya lolos eligible dulu lah biar bisa ikut SNMPTN,” Sahun Ara.

“Iya Ra, tapi inget, SNMPTN ini hoki-hokian kalau kata orang-orang. Ya jadi, kamu ga boleh berharap berlebihan,”

“Iya Mir, aku bakal usahain juga belajar buat SBMPTN kok!”

“Bagus itu Ra, setidaknya ada bekal persiapan,”

“Iya Mir, makasih ya!”

“Iya Ra, sama-sama,”

Setelah ngobrol singkat dengan Amira, kini Ara mulai berfikir gimana caranya buat bisa atur waktu antara belajar buat SBMPTN, buat tugas yang diberikan oleh guru, dan belajar agar bisa lolos eligible.

Suatu hari di kamar Ara, tepat pukul 19.00 WIB, ia sedang mencoba memahami ulang materi yang telah diberikan oleh gurunya sewaktu di kelas. Ara sangat tahu betul dirinya seperti apa, ia tidak akan terus-terusan ingat materi jika tidak dibaca berulang-ulang kali.

“Ini gimana ya tadi yang diajarin Ibu Tri,” Celoteh Ara dengan buku yang ada di hadapannya.

“Ahhh! Kayaknya aku butuh liat youtube buat memahami lagi nih,” Keluh Ara.

Setelah beberapa kali ia mengeluh karena tidak paham, akhirnya ia membuka laptopnya untuk melihat materi itu di youtube. Setelah 1 jam lamanya ia belajar, ia merasakan perutnya keroncongan menandakan ia lapar.

Kruyuk kruyuk kruyuk ~ suara perut Ara.

“Jam berapa sih ini ko perut Ara keroncongan!” Gumam Ara sambil melihat jam yang menandakan pukul 20.00 WIB.

“Pantas saja lapar, aku sudah 1 jam belajar ternyata. Mana belum makan dari pulang sekolah tadi lagi,” Ucapnya lagi, sembari keluar kamar.

Singkat waktu, kini Ara sudah memasuki Ujian Sekolah. Ia fokus terlebih dahulu pada US kali ini. Sebelum dilaksanakan US, Ara dan anak-anak kelas 12 SMA Darwana sudah melakukan evaluasi mengenai SNMPTN. Yaa, Ara lolos pada tahap eligible ini, karena usahanya ia yang setiap pulang sekolah selalu menyempatkan diri untuk belajar lagi.

“Gimana persiapan kamu di US ini Ra,” Tanya Amira.

“Alhamdulillah Mir, tadi malam aku belajar, insyaallah bisa,” Jawab Ara.

“Harus bisa dong Ra! Tapi nanti kita bakal pisah,” Ucap Amira dengan raut wajah sedih.

“Kan nanti bisa main lagi Mir, sudah dong jangan sedih gini,” Kata Ara sambil memeluk Amira.

“Huft iya Ra,”

“Sudah-sudah mending kita masuk kelas saja, belnya juga udah dibunyikan tadi,”

“Iya Ra, ayok,”

Akhirnya mereka memasuki ruang ujian tersebut. US sudah dilalui selama 7 hari kemarin, kini Ara dan teman-temannya sudah bebas dari ujian-ujian sekolah. Tetapi pengumuman SNMPTN belum dimulai.

Selagi menunggu pengumuman SNMPTN, Ara juga menyempatkan diri untuk belajar lagi. Ara tidak terlalu berharap pada SNMPTN ini, karena ia merasa nilai yang ia dapat selama 3 tahun, kurang untuk bisa mendapatkan Perguruan Tinggi Negeri yang ia inginkan. Jadi, setidaknya ia mempunyai bekal untuk UTBK nanti dengan belajar kembali.

Beberapa hari berlalu, tepat hari ini adalah hari dimana pengumuman SNMPTN dibuka. Seperti biasanya, jam 15.00 WIB baru bisa dibuka, yang menentukan apakah kita lolos atau tidak. Ara kini berada di kamarnya, sendiri. Kedua orang tua nya kerja, jadi hanya ia sendiri yang membuka pengumuman tersebut.

“Huft… Ara deg-degan banget deh,” Keluh Ara sambil membuka laptop.

Waktu yang dinanti-nanti oleh Ara, kini terjadi juga. Yaa, tepat pukul 15.00 WIB Ara membuka pengumuman tersebut melalui Web yang telah ditentukan. Dan benar sekali dugaannya, layar laptop menunjukkan warna merah yang berarti Ara tidak lolos seleksi SNMPTN kali ini.

“Gapapa Ra, masih ada UTBK kok,” Ucapnya, sembari meyakini diri.

Tepat pada malam harinya, ia dan kedua orang tuanya makan malam. Dan Ara mau tidak mau harus kasih tahu kepada orang tuanya bahwa ia tidak lolos seleksi.

“Mah, Yah, maaf Ara belum bisa lulus di seleksi kali ini,” Ucap Ara sambil menundukkan kepalanya.

“Gapapa Ra, masih banyak seleksi-seleksi lain kan? Yang penting Ara ga nyerah, Ayah sama Mamah bakal tetap dukung Ara kok,” Jawab Ayah Ara dengan tegas dan mengusap kepala anaknya.

“Iya Yah, maaf ya kali ini Ara gagal,”

“Gapapa nak, berarti ini bukan yang terbaik dari tuhan. Ini tandanya, Ara harus lebih banyak belajar lagi,” Kata Mamah Ara.

“Iya Mah. Makasih ya Yah, Mah, udah ngertiin Ara,”

“Iya nak, pokoknya Ara harus berusaha lagi,” Jawab Ayah.

“Siap komandan,” Kata Ara sambil hormat.

“Sudah-sudah, lanjutkan makannya,” Ucap Mamah Ara.

Setelah itu, mereka melanjutkan kembali makan dan hanya ada bunyi dentingan sendok dan garpu.

Hari demi hari Ara habiskan untuk belajar demi UTBK ini, ia tidak mau mengecewakan kedua orang tuanya lagi. Tepat pada hari ini juga, tes UTBK atau seleksi SBMPTN dimulai. Ia memilih lokasi UTBK di domisili rumahnya, yaitu Bandung. Ara mendapatkan sesi 1 dimana sesi ini dilakukan pada pagi hari sekitar jam 06.45.

Lama di dalam ruang komputer yang dimana menampilkan berbagai soal, dari soal literasi, hitung-hitungan, dan Bahasa Inggris, akhirnya waktu telah habis. Dimana semua komputer menunjukkan log out dari soal-soal tersebut. Ada beberapa soal yang belum bisa Ara jawab yang menimbulkan ia memikirkannya sampai beberapa minggu kedepan.

Setelah tes tersebut, Ara juga melanjutkan lagi belajarnya untuk tes mandiri di beberapa Universitas. Tetapi, belajar kali ini Ara bawa enjoy saja, karena Ara merasa ia memiliki bekal yang cukup dari belajar kemarin. Walau begitu, ia masih tidak bisa tenang sampai pengumuman SBMPTN dibuka. Ia merasa pesimis karena ada beberapa soal yang tidak bisa ia jawab.

Singkat waktu, akhirnya pengumuman seleksi SBMPTN dibuka. Ya, lagi-lagi Ara mendapat kata semangat yang tertera pada layar laptopnya. Ia merasa kegagalan selalu berpihak padanya. Kali ini ia sangat-sangat merasa sakit, Ia belajar mati-matian sampai kurang tidur tetapi tetap saja gagal lagi dan lagi.

“Kenapa sih Yah, Ara selalu gagal,” Tangis Ara sambil memandangi layar laptop.

“Sudah nak, gausah nangis terus, kan masih ada seleksi mandiri?” Jawab Ayah.

“Tapi Ara capek yah belajar sampai tengah malam, mengurangi waktu main, tetapi tetap saja gagal lagi,” Jawab Ara sambil sesegukan.

“Sudah-sudah, Ayah tahu Ara anak yang kuat, kita berjuang sekali lagi okay?” Tanya Ayahnya sembari memeluk.

“Iya Yah, maaf ya Ara gagal lagi,” Ucapnya.

“Gapapa, berjuang sekali lagi, semangat, Ayah yakin kamu kuat dan ga gampang nyerah,” Ucap Ayahnya menyemangati anak perempuannya.

“Siap Yah, makasih banyak Yah!”

“Sama-sama cantik,”

Setelah ia mengeluh pada Ayahnya, kini ia kembali berjuang untuk tes seleksi selanjutnya.

Tepat pada bulan juni ini, ia melaksanakan tes seleksi mandiri yang ada di salah satu Perguruan Tinggi Negeri. Ia merasa percaya diri pada tes kali ini, karena Ara mampu menjawab semua soal-soal yang telah diberikan.

“Gimana Ra tes kali ini?” Tanya Ayah.

“Aman Yah, tadi Ara bisa menyelesaikan soal-soalnya,”

“Alhamdulillah kalo gitu Ra, semoga rezekimu ya kali ini,”

“Aamiin Yah, minta doanya ya Yah,”

“Doa Mamah sama Ayah selalu menyertaimu Ara,” Kata Mamah Ara.

“Aamiin. Makasih Mah, Yah,”

“Sama-sama cantik,” Ucap kedua orang tuanya bersamaan.

Ara merasa beruntung mempunyai kedua orang tua yang tidak menuntut apapun pada anaknya, malahan mereka selalu mendukung apa yang anaknya lakukan selagi itu baik.

Waktu dimana ini adalah harapan terakhir Ara untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri. Ia berharapan seleksi kali ini berhasil dan mendapatkan kata selamat. Dengan perasaan yang tidak karuan, tepat pukul 11 malam hari, pengumuman seleksi ini dibuka.

Dengan takut-takut, Ara membuka pengumuman tersebut dengan tutup mata. Hingga akhirnya muncul kalimat “Selamat Anda dinyatakan lolos Seleksi Mandiri TMBK”. Detik itu juga akhirnya ia menjerit kesenangan. Akhirnya, setelah perjuangan panjang, dan kegagalan-kegagalan yang Ara dapatkan selama ini, Ia akhirnya lolos pada Seleksi Mandiri salah satu Perguruan Tinggi Negeri tersebut.

49 thoughts on “Matematika Berkarya – Perjuanganku Menggapai Perguruan Tinggi

  1. relate bgt kakkkkk, asliii kyk ngerasain banget buat dapetin ptn sesusah ituu plss 🙁 suka keinget perjuangan taun kemarin huaaa

  2. Cerita yang inspiratif dan mengena di hati para pembacanya. Merepresentasikan bahwasanya sekalipun keberuntungan seringkali tak memihak kepada kita, segala perjuangan dan kerja keras tidak akan berakhir sia sia.

    Jadi bikin nostalgia aja ?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to top